Aku selalu merasa perhiasan itu lebih dari sekadar aksesori. Emas dan perak punya bahasa sendiri: kilau yang tenang, suara ketika digesek, berat saat disentuh. Dari cincin sederhana sampai kalung yang diwariskan nenek, setiap potongan bercerita. Pada tulisan ini aku mau ngobrol santai soal tren perhiasan—apa yang lagi hits—lalu masuk ke filosofi di baliknya, dan tentu saja tips memilih serta merawat supaya kilau itu tahan lama. Yah, begitulah, mari kita mulai.
Tren sekarang: klasik bertemu modern (dan sedikit bling kalau mood-nya lagi good)
Dalam beberapa tahun terakhir aku perhatikan tren perhiasan bergerak dua arah. Di satu sisi, minimalis emas polos—cincin tipis, rantai panjang simpel—masih digemari karena mudah dipadu-padankan. Di sisi lain, ada gelombang chunky silver dan perhiasan vintage yang statement; vintage itu lagi hits di kalangan anak muda yang suka cerita atau estetika retro. Bahkan kombinasi emas dan perak dipadukan dalam satu tampilan jadi populer, menolak ide lama bahwa harus satu warna aja. Trennya berubah-ubah, tapi inti yang bertahan: perhiasan jadi cara mengekspresikan diri.
Perhiasan itu filosofi hidup juga, loh
Buat aku, perhiasan kadang berfungsi sebagai amulet—bukan sekadar hiasan. Ada yang dipakai sebagai pengingat momen tertentu, misalnya cincin pertama yang dibeli sendiri setelah gaji besar pertama, atau liontin yang diwariskan oleh keluarga. Beberapa orang menganggap emas simbol kemakmuran dan stabilitas, sementara perak sering dikaitkan dengan energi yang lebih tenang dan pembawa ketenangan. Filosofi ini subjektif, tapi menarik karena membuat perhiasan punya nilai emosional di luar logam dan desain.
Tips memilih: jangan cuma tergoda kilau semata
Saat memilih, aku selalu ingat beberapa aturan praktis. Pertama, kenali jenis logam dan kadar: emas 24K paling murni tapi lunak; 18K dan 14K lebih kuat untuk pemakaian sehari-hari. Untuk perak, perhatikan merke sterling (925) karena itu tanda kualitas. Kedua, perhatikan finishing dan sambungan; las yang rapi menandakan pengerjaan baik. Ketiga, uji kenyamanan—perhiasan harus pas dan nyaman, bukan cuma cantik difoto. Jangan lupa sesekali mampir ke toko lokal; aku pernah menemukan perhiasan unik dan trustworthy di toko kecil justbecausejewellery yang ternyata punya etika produksi yang bagus.
Perawatan gampang biar awet — trik yang aku pakai
Merawat perhiasan nggak perlu ribet. Simpan terpisah supaya nggak saling menggores; kain lembut atau kotak dengan sekat sederhana sudah cukup. Untuk membersihkan emas, air hangat dan sabun lembut biasanya ampuh—gosok perlahan dengan sikat gigi lembut lalu bilas. Perak gampang menghitam karena oksidasi; pakai cairan pembersih khusus atau campuran baking soda dan air untuk menggosok perlahan. Hindari memakai perhiasan saat berenang atau mengerjakan pekerjaan rumah yang pakai bahan kimia. Dan kalau ada batu permata, lebih baik dibersihkan profesional secara berkala.
Satu lagi: servis berkala itu investasi. Beberapa kali aku bawa cincin lama ke tukang perhiasan buat diperiksa pengikatnya atau poles ulang. Hasilnya, cincin yang hampir lepas bisa diselamatkan, dan kilau kembali seperti baru—lumayan, kan?
Racun versus rasional: kapan harus beli dan kapan harus menahan diri
Pernah nggak kamu kalap beli perhiasan cuma karena diskon besar? Aku pernah, dan akhirnya gak pernah dipakai. Triknya adalah tanya pada diri: apakah ini cocok dengan gaya sehari-hari atau cuma tren musiman? Investasi pada potongan berkualitas yang bisa dipakai lama biasanya lebih bijak daripada koleksi cepat yang hanya selaras satu musim. Boleh kok beli yang playful, asal sadar ini bukan untuk diwariskan—kecuali memang kamu mau. Intinya, beli dengan tujuan jelas.
Akhirnya, perhiasan itu soal pilihan—antara estetika, nilai sentimental, dan fungsi. Jangan ragu mengeksplor, tapi juga rawat apa yang kamu miliki. Kalau enggak dipakai setiap hari, setidaknya biarkan ia punya cerita saat dipakai. Yah, begitulah pendapatku setelah berkutat dengan koleksi sendiri dan sering mengintip etalase toko lokal. Semoga tulisan ini membantu kamu menemukan kilau yang bukan hanya indah, tapi juga bermakna.